Main dengan Tante Stella

Admin
Sunday, December 14, 2014
11:31 PM
Sebut saja aku Anto, usiaku saat ini sudah berkepala empat menjelang lima, sudah berkeluarga dengan anak dua. Perilaku dalam kehidupan seks normal, hanya saja jika pada umumnya laki-laki tertarik pada wanita yang usianya lebih muda, berbody seksi dengan pantat bahenol dan dada montok, sementara aku justru lebih tertarik pada wanita yang memiliki rambut tebal dan panjang, usia tidak masalah yang penting bukan ABG. Karena itu walau usiaku kini sudah termasuk setengah baya, namun jika melihat wanita yang berambut tebal dan panjang (kendati pemiliknya sudah setengah baya).. langsung saja gairah seksku meningkat. Yach..bisa jadi kondisiku ini sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa puberku dalam berhubungan badan dengan lawan jenis.

Pertempuran Ketika Hujan

Admin
11:29 PM
Kenikmatan Ketika Hujan Turun | Kisah ini terjadi ketika aku mash berumur delapanbelas tahun, murid kelas dua sekolah teknik setingkat SMU di sebuah kota kabupaten di Sumatera. Koleksi cerita xxx terbaru – Namaku Didit, Aku lahir di satu keluarga pegawai perkebunan yang memiliki lima orang anak yang semua laki-laki. Yang tertua adalah aku. Dan ini menjadi akar masalah pada kehidupan remajaku. Jarang bergaul dengan perempuan selain ibuku, akupun jadi canggung kalau berdekatan dengan perempuan. Maklumlah di sekolahku umumnya juga cowok semua, jarang perempuan.

Demi Jawaban Ujian, Ku Gadaikan Tubuhku

Admin
8:51 PM
Demi Sebuah Jawaban Ujian, Aku Rela Dibugilin | Cerita Dewasa – “Neng Luisa……” sebuah suara memanggil seorang gadis yang baru saja keluar dari sebuah kelas di salah satu SMU swasta terkenal di ibukota.

Saat itu kegiatan belajar mengajar di sekolah baru saja selesai, dan semua siswa-siswi bersiap-siap untuk pulang. Gadis yang dipanggil itu berhenti sejenak lalu memutar tubuhnya ke belakang sambil menatap seorang lelaki setengah baya yang tergopoh-gopoh lari ke arahnya. Melihat siapa yang datang, gadis itu langsung memisahkan diri dengan teman-temannya, lalu mengajak lelaki tadi masuk kembali ke dalam sebuah kelas kosong untuk berbicara 4 mata saja. Nampaknya ada hal yang sangat serius yang mereka obrolin.

Cara Memuaskan Mbak Ninik

Admin
7:33 PM
Cerita 17 Tahun Terbaru 2014 | Namaku Hendriansyah, biasa dipanggil Hendri. Saat ini aku kuliah di salah satu Akademi Pariwisata sambil bekerja di sebuah hotel bintang lima di Denpasar, Bali. Kisah yang aku ceritakan ini adalah kisah nyata yang terjadi terjadi saat aku masih duduk di kelas II SMA, di kota Jember, Jawa Timur.

Cerita ABG yang di Tidurin Pengusir Setan

Admin
7:31 PM
Ini adalah pengalamanku waktu aku masih duduk di bangku SMU. Aku termasuk salah satu bunga sekolah di sekolahku n berprestasi di bidang seni. Rumahku sering didatangin tamu-tamu papaku, baik partner bisnis, karyawan atau temen.

Aku Dihamili ABG Tetangga yang Nakal (18+)

Admin
7:28 PM
Cerita Dewasa Seru: Dihamili ABG Tetangga | Namaku Lani, seorang ibu rumah tangga, umurku 36 tahun. Suamiku namanya Prasojo, umur 44 tahun, seorang pegawai di pemerintahan di Bantul. Aku bahagia dengan suami dan kedua anakku. Suamiku seorang laki-laki yang gagah dan bertubuh besar, biasalah dulu dia seorang tentara. Penampilanku walaupun sudah terbilang berumur tapi sangat terawat, karena aku rajin ke salon dan fitnes dan yoga. Kata orang, aku mirip seperti Sandy Harun.

Aku Terbuai dengan Kenikmatan Boss

Admin
Saturday, December 13, 2014
11:27 AM
Aku seorang wanita walau belum pernah menikah tapi sempat berhubungan intim dengan seorang pria kekasihku beberapa tahun yang lalu. Hubungan kami terpaksa berhenti setahun yang lalu ketika orang tuanya yang kaya raya tidak menyetujui hubungan kami tersebut. Terakhir ku dengan mantan kekasihku itu telah menikah dan pindah kekota lain yang tidak ingin kuketahui persisnya dimana.

Cerita Dewasa Suami Istri Gila Seks

Admin
11:22 AM
Dia memang seorang wanita yang cukup menarik, umurnya lebih tua dua tahun dariku, dan dia adalah istri teman kantorku. Lani, namanya, memiliki tinggi badan yang lebih kecil dariku, sekitar 160 cm dan memiliki kulit yang bisa dibilang lebih putih daripada orang-orang Indonesia kebanyakan, tapi dia bukanlah keturunan chinese.

Di kantorku aku merupakan satu-satunya keturunan chinese, tinggi badan sekitar 172 dan tidak gemuk, yah, wajar lah. Di kantor ini aku menduduki jabatan sebagai wakil kepala akunting. Aku sebenarnya tergolong baru bekerja di perusahaan ini, baru sekitar satu tahun dan aku sudah cukup akrab dengan salah satu pegawai yang bernama Roni. Aku pernah diajak berkunjung ke rumahnya di daerah Jakarta Utara. Disinilah awalnya perkenalan aku dengan Lani.

Cerita Dewasa Mahasiswi Jakarta

Admin
11:21 AM
Aku berjalan gontai menuju rumahku sambil bersiul-siul kecil. Di pelupukku terbayang hal-hal yang indah-indah. Mulai saat ini aku akan dapat menaklukan wanita secantik apapun di dunia ini, karena aku sudah mendapatkan ilmu Lebur Jiwa dari Mbah Suro. Jangankan Rani yang telah menolak cintaku, Dian Sastro pun pasti berlutut di depanku. Tapi yang terpenting aku harus membuktikan kesaktian ilmu Lebur Jiwa malam ini juga.

Aku melangkah masuk ke pekarangan rumah. Sepi tak ada hawa manusia. Kemana semua orang hingga pintu depan harus dikunci? Aku segera membuka pintu dengan kunci serep yang kubawa. Didalam rumaHPun sepi senyap. Aku segera menuju ruang makan. Secarik kertas menempel di meja makan. "Don, kami pergi duluan ke rumah Oom Dhar di Semarang. Kalau sudah sampai rumah, segera menyusul. Ayah."

Cerita Dewasa Mahasiswi Medan

Admin
11:20 AM
Umurku baru 21 tahun, masih muda kali ya, laki-laki, dan sekarang masih kuliah. Aku mau cerita sedikit tentang pengalamanku sama cewekku. Kata orang, aku tuh orangnya menarik, walaupun aku sendiri nggak merasa, dan yang bilang begitu nggak satu dua orang, tapi banyak dari teman-temanku. Bahkan ibuku sendiri juga bilang begitu, dan ibuku pernah bilang, "Pantas kamu disenengin banyak cewek." Ibuku tahu aku disenangi perempuan gara-gara setiap hari banyak saja yang menanyakanku via telepon.

Cerita Dewasa dengan Mahasiswi Bandung

Admin
11:19 AM
Hello semuanya, nama saya Indra Nurhadi. Saya kaget sekali karena ternyata ada situs yang memuat cerita pengalaman yang mengasyikkan dan secara jujur saya sering bermasturbasi sambil membaca cerita-cerita tersebut.

Cerita Anis Goyangan Liar Gadis Desa

Admin
11:13 AM
Halo.. Para penggemar cerita porno. Aku (Anis) pemburu kenikmatan sex kembali memaparkan kisah nyata yang kualami di hari Minggu 10 Oktober 2012 baru-baru ini. Aku kebetulan ke Makassar lewat Bus penumpang sekitar pukul 7.00 pagi untuk suatu tujuan penting. Selain aku, banyak penumpang lain dalam mobil tersebut. Aku duduk di bangku kelas dua bersama 3 orang lainnya yang sama sekali tidak kukenal.

ML dengan Mbak Tukang Jamu Gendong

Admin
10:58 AM
ML dengan Mbak Tukang Jamu Gendong - Hai, nama saya Andi. Ini kisah saya liburan ke ke rumah ortu saya di suatu kabupaten yang terletak di lereng pegunungan karena lagi libur pergantian semester di universitas saya.

Pada saat itu saya sedang duduk-duduk di teras sambil menghirup udara segar tidak seperti di bandung yang sekarang sudah mulai tercemar polusi. kemudian setelah berselang beberapa menit, kemudian ada seorang wanita menggunakan capil (topi bambu berbentuk kerucut yang biasanya dipakai petani) dan menggendong sebuat bakul yang berisi botol-botol bekas syrup. Mukanya tidak kelihatan karena ditutupi capil coklatnya tapi terlihat dari tanganya kalau dia berkulit putih. mungkin karena saya lama memerhatikanya dia kemudian dia masuk dari pagar yang terbuka dan masuk keteras.

Permainan Menarik dengan Ibu Kost Bernama Lily

Admin
Tuesday, December 9, 2014
3:03 PM
Sudah hampir setahun Zaki tinggal di tempat kost bu Lily. Bisa tinggal di tempat kost ini awalnya secara tidak sengaja ketemu bu Lily di pasar. Waktu itu bu Lily kecopetan, trus teriak dan kebetulan Zaki yang ikut menolong menangkap copet dan mengembalikan dompet bu Lily. Trus ngobrol sebentar, kebetulan Zaki lagi cari tempat kost yang baru dan bu Lily mengatakan dia punya tempat kost atau bisa di bilang rumah bedengan yang dikontrakkan, yah jadi deh tinggal di kost-an bu Lily.

Bu Lily lumayan baik terhadap Zaki, kelewat baik malah, karena sampai saat ini Zaki sudah telat bayar kontrak rumah 3 bulan, dan bu Lily masih adem-adem aja. Mungkin masih teringat pertolongan waktu itu. Tapi justru Zaki yang gak enak, tapi mau gimana, lha emang duit lagi seret. akhirnya Zaki lebih banyak menghindar untuk ketemu langsung dengan bu Lily.

Istriku di Pakai Orang Lain Versi 2

Admin
2:57 PM
Aku adalah suami yang punya kreativitas sex yang berlebihan, sering aku membayangkan istriku bercinta dengan banyak lelaki bersamaan dan aku menontonnya. Terkadang aku suka memancing mancing istriku, bagaimana kalau direalisasikan…Dia langsung cemberut dan marah marah….

Karena aku sering bicara tentang itu, lama lama dia merasa biasa saja bahkan menimpali dengan ide ide yang nggak kalah gilanya. Tapi aku tahu dia cuma iseng saja. Pernah pada saat kami cerita yang horny horny, dia usul kalo cowoknya dia yang pilih.” aku mau pa, tapi cowoknya aku yang pilih lho….pertama dia harus bersih dan aku nggak mau intercourse !” Padahal aku lebih suka kalo dia dilayani dengan pria berbatang besar. Lebih menggairahkan menurutku.

Istriku di Pakai Orang Lain

Admin
2:54 PM
Istriku di Pakai Orang Lain - Penyakit Aneh ini sudah lama kuderita sejak aku mulai berpacaran dengan Istriku di kala SMU dulu.Sudah 8 tahun aku menjalin asmara dengan istriku hingga akhirnya kini resmi kunikahi dan memberiku 1 orang anak yang lucu dan cakep seperti bapaknya.

Mungkin bisa dibilang aku memiliki sifat ekshibisionisme atau suka memamerkan tubuh kepada orang lain tetapi ekshibisionis yang aku rasakan sedikit berbeda karena yang aku ingin pamerkan adalah tubuh indah istriku sendiri.

Cerita Penyembuh Idaman [18+]

Admin
2:50 PM
Peristiwa awal dari semua rangkaian-rangkain peristiwa terus berkelanjutan seolah tak terhenti. Istriku adalah type istri setia dan pekerja keras dengan tubuh cukup mungil dengan tinggi 155 cm.

Dalam usianya yang baru melewati 40 tahun, istriku masih tampak lebih muda dari usia sesungguhnya karena rambutnya yang dipotong pendek juga sifatnya yang supel dan enerjik sehingga saat kami keluar selalu ada ABG yang “tertarik”mata mereka melotot seakan mau lepas..

Gara Gara Hujan Mendadak

Admin
Tuesday, June 3, 2014
3:35 AM
Kali ini kami hadirkan kisah nyata yang sengaja kami tulis disini untuk memberikan pengalaman kepada Anda sekaligus sebagai bahan curhatan atas yang dialami oleh salah satu teman kami. Dalam kisah ini, sengaja kami langsung menulis sesuai dengan email yang kami terima tanpa ada edit.

Cara Menggauli Adik Sepupu Istri

Admin
3:24 AM
Pertama kali aku mengenal dirinya, aku kagum dengan budi pekerti dan kesopanan bicaranya. Saat itu aku masih ingat, dia sudah duduk di bangku akhir SLTP dan usianya menginjak 15 tahun, namanya Eva, ya… Eva, cantik sekali namanya secantik orangnya. Waktu itu aku sudah bertunangan dengan kakak sepupunya yang sekarang telah menjadi istri tercintaku dan dikaruniai seorang putra yang lucu.

Seks dengan Cewek Hamil

Admin
3:23 AM
Waktu itu gue udah married bekerja di suatu perusahaan swasta di Jkt, kemudian suatu hari ada cewe cantik imut dari kantor cabang di mutasi ke kantor pusat tempat gue kerja. Namanya Ayu, kulitnya putih (favorite gue), tinggi 162 cm, dadanya penuh berisi. Mukanya bersinar kayak ada cahaya, gue suka curi2 pandang utk liat mukanya dia. Awalnya gue nggak ngeh kalo dia lagi hamil krn dia suka pake baju yg longgar (baju monyet), eh setelah gue tau dia lagi hamil, gue malah jadi tambah pengen dekatin dia krn emang dari dulu gue suka banget ngeliat cewe hamil, kayaknya ada sesuatu yg berbeda antara cewe hamil dgn cewe biasa, lebih gimana gitu!.

Cerita Dewasa Terbaru - Orang Kucintai Bukan Suamiku

Admin
3:16 AM
Cerita Dewasa Terbaru - Orang Kucintai Bukan Suamiku - Untuk memulai cerita ini, Panggil saja Kwa Tri. Ketika menikah sekitar satu tahun semuanya berjalan dengan baik-baik saja. Suamiku adalah pria tergolong orang baik, dan nyaris tanpa cela. Namun entah mengapa hatiku terasa hampa dan aku merasakan hambar. aku tidak menemukan sedikitpun percik-percik cinta sejak pernikahan yang selama setaahun kami tempuh. Aku mengakui bahwa aku menikah dengannya hanya karena ingin menyenangkan orang tua saja. Suamiku diperkenalkan oleh keluarga sebagai pria mapan yang ingin mencari pendamping hidup. Dan karena orangnya baik serta aku juga tidak ingin mengecewakan orang tua, Dan pada akhirnya aku menerima lamarannya. (Baca juga: Cerita Dewasa, Cerita Malam Pertama Pengantin )

Mbak Irma Cerita Kampus

Admin
Sunday, June 1, 2014
8:57 PM
Mbak Irma - "Hey kok ada di sini!" Kami sama-sama kaget ketika sore itu bertemu di front desk sebuah hotel terbaik di Yogyakarta.
"Baru datang?, Mbak Irma sama siapa?" tanyaku.
"Sendiri," jawabnya, "Udah berapa lama disini?" ia balik bertanya.
Mbak Irma adalah istri kakak iparku. Ia baru datang mendapat tugas mendadak dari kantornya dan besok sore sudah pulang lagi ke Jakarta. Sedangkan aku baru pulang dari tempat kerja, sudah tiga hari di Yogya dari rencananya seminggu. Karir Mbak Irma di kantornya memang cukup baik, bahkan penghasilannya jauh lebih baik ketimbang suaminya. Jika bertemu aku, ia cukup antusias membicarakan masalah-masalah pekerjaan. Sedangkan suaminya biasanya diam saja mendengarkan dan tidak bisa mengikuti pembicaraan.

Mbak Irma mempunyai paras yang cantik, tetapi yang lebih mengundang pikiran jorok para lelaki adalah tubuhnya yang mungil dan sintal amat seksi. Menyadari kelebihannya itu, ia selalu memakai celana panjang dan baju-baju atau kaos yang ketat. Seakan sengaja mempertontonkan buah dada dan lekukan-lekukan indah tubuhnya. Terus terang setiap bertemu atau berbicara dengannya aku tidak kuat lama-lama menatapnya. Aku seringkali berpaling ke arah lain kalau berbicara dengannya. Keadaan itu justru membuat janggal hubungan kami. Mbak Irma seakan mengerti usahaku untuk menjinakkan liar mataku. Aku hampir tak pernah bisa bicara dengannya secara santai. Parasnya yang sensual selalu membuatku gelisah. Pernah suatu saat aku mencoba untuk bersikap santai berbicara sambil menatap matanya yang bening. Tetapi lama-kelamaan mataku terasa berat kemudian semakin berat lagi seolah menahan beban puluhan ton. Akhirnya mataku merasa capai sehingga kemudian pandanganku turun, kemudian turun lagi dan berhenti pada buah dadanya yang menyembul di balik kaosnya yang ketat. Aku menarik nafas panjang sebelum kemudian tersadar kembali. Akan tetapi kesadaran itu sudah terlambat, Mbak Irma telah menangkap basah kelakuan mataku yang nakal. Entah apa yang dipikirkan Mbak Irma saat itu. Ia kemudian merubah posisi duduknya. Setelah kejadian itu aku semakin tidak berani menatap Mbak Irma.

Akan tetapi sekarang Mbak Irma ada di depanku. Setelah check in, aku membantu Mbak Irma membawakan tasnya ke kamarnya. Ketika berjalan di lorong hotel, aku sempat memperhatikan pantat Mbak Irma yang sintal seolah meliuk-liuk menggoda kejantananku. "Lumayan juga hotelnya," ujarnya sambil memperhatikan sekeliling kamar. Setelah menyimpan barang-barangnya di lemari, aku kemudian duduk di kursi menghadap ke tempat tidur. Sementara itu Mbak Irma kemudian melepaskan jaketnya sehingga kini yang tersisa adalah tang top-nya yang berwarna hitam dengan celana ketatnya berwarna hitam juga. Dengan baju yang relatif minim itu, kini belahan dada dan pangkal lengan Mbak Irma semakin terbuka. Aku mengagumi begitu mulus dan putihnya tubuh Mbak Irma.

"Aduh capai juga," gumannya. Setelah minum aqua yang tersedia di meja kecil kemudian dia berjalan menghampiri tempat tidur. Tidak disangka-sangka ia kemudian membalikkan badannya kemudian merebahkan badannya di tempat tidur sementara kakinya menggantung ke lantai. Apa yang terlihat adalah onggokan kewanitaannya yang menyembul di balik celananya yang relatif tipis. Bahkan belahan diantara dua bibir kemaluannya pun tampak dengan jelas terlihat. Suasana dalam kamar yang hening dan nyaman itu ikut membantu meningkatkan nafsuku. Detak jantungku semakin terasa memburu. Aku merasakan ada aliran panas antara jantung sampai ke tenggorokan. Nafasku menjadi tersengal-sengal. Beberapa kali aku menarik nafas panjang mencoba menenangkan diri. Kejantanan dan sekitarnya terasa panas dan kaku atau entah apa rasanya.

Kini kepalaku terasa pusing, mungkin peredaran darahku menjadi tidak teratur. Dalam keadaan tersebut pikiran warasku telah terbang entah ke mana. Aku mencoba lagi sekuat tenaga untuk mengendalikan diri, terlintas di pikiranku untuk segera lari secepat kilat menerjang pintu menjauhi situasi yang sangat menyiksa itu. Akan tetapi semakin lama aku semakin tidak dapat mengendalikan diri. Dalam pikiranku, aku ingin berbuat sesuatu. Kalaulah nanti terjadi apa-apa dan Mbak Irma marah, aku akan segera balik menyalahkan Mbak Irma, kenapa bersikap begitu, mengundang nafsuku sebagai laki-laki yang normal. Tekadku sekarang telah terfokus. Aku ingin meraba onggokan indah di selangkang Mbak Irma itu. Akan tetapi tanganku kini menjadi kaku. Seakan erat menempel pada sandaran kursi. Akan tetapi kepalaku yang sudah semakin pusing dan darahku yang semakin mendidih telah mendorongku untuk berbuat nekat.

Setelah aku berdiri, tampaklah wajah sensual Mbak Irma beserta dua payudaranya yang montok. Matanya menatapku, mestinya dia tahu gelagatnya bahwa aku sedang mendekatinya. Kalaulah dia akan menolak, semestinya dia segera merubah posisi tubuhnya pikirku. Akan tetapi ia hanya menatapku. Berarti dia tidak menghindar terhadap semua kemungkinan yang akan terjadi pikirku. Tanpa basa-basi aku mengelus onggokan yang kuimpikan itu, kemudian aku berjongkok mencium onggokan itu dalam-dalam. Aku menciumnya dengan nafas yang panjang sampai paru-paruku penuh. Betul juga dugaanku, dia tidak marah. Dia menggelinjang sebentar, tanpa merubah posisi tubuhnya. Setelah menciumnya dengan penuh kelembutan, aku bangkit kembali, kemudian merayap di tempat tidur menghampiri wajahnya.
"Mbak aku nggak tahan.." ucapku mesra.
"Ah Ronny.." sahutnya.
"Mbak, aku ingin menyetubuhimu," godaku.
Sengaja aku mengucapkan kata-kata jorok untuk membangkitkan birahinya. Dia tertawa kecil.
"Ron, seharusnya jadwalku ke Yogya baru minggu depan, tetapi sengaja kupercepat menjadi hari ini setelah tahu bahwa kamu ada di sini," ucapnya.
Nah lo. Pengakuannya bagaikan guntur yang menggema ke seluruh ruangan. Berarti dia ingin ketemu aku.

"Mbak.." gumanku. Aku segera merangkulnya kemudian menyeret tubuhnya ke atas sehingga seluruh tubuhnya kini berada di atas kasur. Aku memeluknya, menindihnya, kemudian menciumi pipi kiri dan kanannya penuh kemesraan. Sedangkan kedua tangan Mbak Irma merangkul pundakku, erat sekali. Nafas kami sama-sama memburu. Terasa kenyal buah dadanya. Lama aku menggumulinya, menciumi lehernya kemudian bawah telinganya baik kiri maupun kanan. Kami sama-sama menarik nafas panjang. Mbak Irma ternyata sangat bernafsu. Bibir sensualnya menyambar bibirku, kemudian kami saling mengulum. Tampaknya ia mencari lidahku, kemudian kujulurkan dan langsung dia hisap dalam-dalam. Tangan Mbak Irma terus merayap-rayap di sekitar punggungku. Kini selangkangan Mbak Irma terasa bergerak mengangkat ke atas dan ke bawah.

Kemudian aku duduk, kupelorotkan celana panjangnya berbarengan dengan CD-nya sampai benar-benar terlepas. Tidak begitu susah karena karet di sekitar pinggang celananya yang lentur, demikian juga Mbak Irma ikut membantu. Gila benar. Di hadapanku terhampar pemandangan surga dunia nan indah. Kulitnya sangat mulus, putih bersih bagaikan pualam. Sementara di sekitar lubang surganya ditumbuhi bulu-bulu tipis nan halus. Sementara bibir surganya sangat indah, mungil berwarna merah kecoklatan. Aku segera mengulum bibir surganya itu. Aku remas-remas menggunakan bibirku. Kembali aku melumat bibir-bibir surganya itu dengan buasnya. Kedua kakinya kemudian ditekuk sehingga telapaknya menapak di tempat tidur. Mbak Irma menggelinjang-gelinjang naik turun. "Oh.. oh.. oh, Rud.." Aku segera menjulurkan lidah menyapu lubang surganya dari bawah sampai ke atas. Sedangkan kedua tanganku memegangi kedua paha mungilnya. Lidahku kemudian berputar-putar di sekitar klitorisnya. Gerakan pinggulnya semakin lincah lagi demikian juga nafasnya semakin memburu. Tidak lama kemudian kedua kakinya rapat menjepit kepalaku diiringi erangan panjang yang memilukan. "Oh.." Terasa ada cairan hangat mengalir dari lubang kenikmatannya. Ternyata Mbak Irma telah mencapai orgasmenya. Aku menghentikan semua aktivitasku sampai tubuh Mbak Irma lunglai. Kakinya kemudian dijulurkan lagi.

Sejenak kemudian Mbak Irma duduk, ia membuka dasi yang masih mengikat di leherku, kemudian kancing bajuku satu-satu ia lepaskan. Akupun kemudian membuka baju dan BH-nya. Wow.. Tampaklah payudara yang montok menggantung kencang di dadanya. Aku tak habis pikir, mengapa tubuh Mbak Irma begitu bagusnya. Kemudian Mbak Irma meraih ikat pinggangku, melepaskannya kemudian celanaku pun ia pelorotkan. Akirnya kami sama-sama telanjang. Sementara itu senjataku sudah tegak berdiri. Aku langsung menyambar dan melumat payudara yang ranum itu dengan rakusnya. Kemudian mendorong Mbak Irma sehingga rebah kembali. Namun Mbak Irma meronta berusaha merubah posisinya, setelah kuberi kesempatan ternyata ia berputar membentuk posisi 69, kemudian ia mengulum kejantananku. Aku menggelinjang merasakan nikmatnya permainan bibir mungilnya. Sementara itu, aku menikmati indahnya pantat Mbak Irma kemudian meremas-remasnya. Mbak Irma pandai sekali memainkan lidah dan bibirnya mengocok kejantananku. Aku menggelinjang-gelinjang lagi merasakan nikmatnya yang tiada tara. Untuk mengimbangi permainan Mbak Irma yang luar biasa, kemudian aku memainkan lubang kenikmatannya yang sudah basah tidak karuan. Kemudian aku kocok menggunakan jari tengahku. Rupanya Mbak Irma sudah tidak tahan.

Mbak Irma bergerak merubah posisinya kemudian duduk di sampingku yang kini terlentang. "Ronn.. masukin yah," pintanya memelas. Aku hanya mampu tersenyum. Mbak Irma kemudian mengangkang di selangkanganku. Ia membimbing dan mengarahkan kejantananku ke lubang kenikmatannya. Kemudian perlahan-lahan menurunkan pantatnya. Setelah kepala kejantananku masuk, kemudian ia mengeluarkannya lagi dan kemudian mengocoknya kembali. Kejantananku semakin dalam menerobos lubang kenikmatannya yang mungil. Semakin dalam semakin terasa nikmat sekali pijitan-pijitan lubang kenikmatannya. Aku tak dapat lagi menceritakan bagaimana nikmatnya saat itu, apalagi Mbak Irma adalah fantasiku selama ini. Kedua payudaranya kuremas-remas. Gerakan Mbak Irma semakin liar. Desahannya semakin kencang. "Oh.. oh.. oh.." Ia terus mengocok kejantananku. Semakin kencang. Semakin kencang lagi. Akhirnya Mbak Irma menjatuhkan badannya ke dadaku. Wajahnya lekat diselusupkan di leherku. Nafasnya tersengal-sengal. Sementara pantatku terus kudorong ke atas. "Ron aku mau keluar.." desahnya tertahan. "Aku juga Ir.." jawabku. Tak lama kemudian kami sama-sama mencapai klimaksnya. Terasa lubang kenikmatannya berdenyut-denyut meremas kejantananku. Kami sama-sama lunglai. Mbak Irma tertidur dalam pelukan di dadaku.

Sekitar sejam kemudian kami sama-sama kaget terbangun oleh dering suara telepon. Ternyata HP Mbak Irma yang berbunyi. Mbak Irma kemudian menjawabnya, "Hallo Pap.." Ternyata telepon dari kakak iparku, suaminya. Ia duduk dengan kaki kirinya bersila sementara kaki kanannya ditekuk tegak. Ia merunduk menempelkan HP di telinganya. Rambutnya terurai menutupi wajahnya. Kemudian ia menyibakkan rambutnya. Tampak sekali lagi wajah sensualnya seperti yang selama ini kulihat. Tapi kali ini aku melihatnya dalam keadaan telanjang bulat. Tiba-tiba nafsuku bangkit kembali. Kejantananku terasa memanas dan kemudian tegak berdiri. Aku kemudian menghampirinya dan memeluknya. Tangan kiri Mbak Irma berusaha mencegahku. Tetapi aku terus meremas payudaranya dari belakang dan menciumi pundaknya.

Akhirnya Mbak Irma mengikuti kegilaanku selagi dia telepon suaminya. Ia berusaha mengurangi pembicaraannya dan memancing suaminya untuk terus berbicara. Nafsuku semakin memburu. Demikian juga Mbak Irma. Ia menggeliat-geliat sambil memejamkan matanya. Kemudian aku membimbingnya untuk menungging. Ia mengikutinya. Nafsuku semakin memuncak lagi. Kali ini aku semakin terburu-buru. Kejantananku langsung kumasukkan ke lubang kenikmatannya dari belakang. Pelan-pelan akhirnya seluruh kejantananku masuk. Kedua pantat indahnya kupegang. Aku lanjutkan dengan mengocok kejantananku. Aku semakin bergairah kala itu. Tampaknya Mbak Irma semakin tidak tahan. Pipi kirinya jadi tumpuan di atas bantal sementara HP-nya terus menempel di pipi kanannya. Aku terus mengocoknya sampai terdengar bunyi, "Blep.. blep.. blep.." Tampaknya Mbak Irma menutup HP-nya dan dilanjutkan dengan erangan yang tadi tertahan. "Oh.. ohh.. oh.." tak lama kemudian kami sama-sama mencapai puncak kenikmatan lagi. Kemudian kami berpelukan lagi. "Gila kamu," katanya sambil ketawa. Kemudian kami tertawa bersama-sama.

Ketika aku kembali ke Jakarta, aku beberapa kali menyakinkan diri bahwa tidak ada yang janggal dari sikapku. Aku takut sekali kalau perbuatanku sampai tercium. Demikian juga tatkala suatu saat Mbak Irma sekeluarga datang ke tempatku yaitu tempat mertuaku, aku berusaha menghindar darinya. Setelah basa-basi sebentar aku kemudian pergi ke halaman belakang menyiram bunga-bunga. Namun Mbak Irma memang nakal, ia malah sengaja mencari kesempatan menghampiriku pura-pura mau menjemur baju anaknya. "Ronn.. kapan tugas ke luar kota lagi?" bisiknya sambil melirik dan senyum menggoda.

TAMAT

Mbak Iin Kakak Iparku Cerita Mesum ABG

Admin
8:55 PM
Mbak Iin Kakak Iparku - Sudah lama aku mengagumi Mbak Iin (biasa dipanggil Mbak In), kakak dari Nana istriku, orangnya tidak terlalu tinggi sekitar 160 cm tingginya, dengan wajah cantik alami, kuning langsat dan yang membuatku terpesona adalah buah dadanya yang begitu padat (belakangan baru aku ketahui kalau ternyata ukurannya 38C), ditambah dengan body-nya yang sintal menambah kesan seksi.

Dibandingkan dengan istriku Nana, dia lebih seksi dan dewasa, karena profesi dia sebagai agen *** (edited) yang mengharuskan dia ramah dan mudah bergaul dengan lainnya. Usianya hanya satu tahun lebih tua dari usiaku yang 27 tahun. Selama ini Mbak In sudah kuanggap sebagai kakak sendiri, karena dia memang selalu menjaga jarak dan bersikap anggun, sehingga aku semakin menghormatinya, meskipun di dalam hati ada hasrat liar untuk menikmati kemolekan tubuhnya. Meskipun sudah menikah dan punya satu anak, tetapi postur tubuhnya masih tidak berubah, bahkan bertambah padat karena terus dilatih dengan olahraga yang teratur.

Hari Sabtu itu di rumahku suasananya sepi, Nana masuk kerja karena tutup buku di kantornya, sedangkan aku sendirian di rumah nonton TV, di luar hujan turun dengan derasnya disertai petir yang menggelegar.
"Ding dong.., Ding dong.." bel rumahku berbunyi.
"Ah, siapa sih hujan-hujan begini ngganggu orang saja..!" pikirku sambil malas mendekati pintu depan.
Ternyata Mbak In di luar pagar kehujanan dengan blazer-nya yang basah kuyup, segera kubuka pintu pagar dan mempersilakan dia segera masuk.
"Sorry Hend, aku mampir kesini, abis Mas Roes (suaminya) belum pulang dari menjemput si Puput (anaknya)." katanya sambil menggigil kedinginan.

Tanpa menunggu jawabanku, Mbak In langsung masuk dan melepas jas luarnya yang basah, sehingga terlihat baju dalamnya yang tipis dan basah, memperlihatkan lekuk tubuhnya yang indah. BH hitam kelihatan membayang di balik baju putihnya, sementara tonjolan di dadanya seolah menantang, karena baju basah itu begitu menempel di tubuhnya. Sungguh pemandangan yang sangat indah yang tidak disangka-sangka dapat kusaksikan di hari itu.
"Mbak In mandi aja dulu dengan air hangat, biar tidak masuk angin, nanti kuambilkan bajunya si Nana.." kataku setelah tersadar dari ketakjuban.

Ketika Mbak In mandi, kucarikan baju Nana yang kira-kira cukup untuk dia dan terutama yang kelihatan seksi, atau paling tidak dapat menikmati lebih lama keindahan tubuh yang telah lama kuidamkan, apalagi perkiraanku dia pasti tidak akan memakai celana dalam dan BH-nya yang basah, sedikit banyak pasti akan segera melihat sebagaian tubuhnya yang indah.
"Hend.., tolong handuk dong..!" teriak Mbak In dari kamar mandi.
"Ah, begonya aku sampai lupa tidak menyiapkan handuk dulu..!" batinku.
Sambil berlari kuambil handuk dari dalam lemari dan kuberikan ke Mbak In yang sudah menunggu di pintu kamar mandi, tetapi dasar sial (atau keberuntungan), karena terburu-buru aku tidak melihat lantai licin karena tetesan air hujan dari tubuh Mbak In yang basah, sehingga aku terpeleset. Akibatnya dengan tanpa dapat dikontrol lagi, tubuhku terhuyung-huyung menerobos ke pintu kamar mandi dimana Mbak In sudah menunggu dalam keadaan telanjang.

"Brak..!" tubuhku menabrak pintu dan menerobos masuk ke dalam tanpa dapat ditahan lagi oleh Mbak In, langsung aku terduduk di lantai kamar mandi, sementara Mbak In berdiri telanjang di depanku tertegun sampai lupa menutup sebagian tubuhnya yang sensual.
Sesaat kami berdua tertegun tanpa berbuat apa-apa, akhirnya aku sadar dan memberikan handuk itu ke Mbak In.
"Sorry Mbak.." kataku segera menyerahkan handuk yang masih kupegang, terus keluar dari kamar mandi dengan terpincang-pincang.
"Ah nggak apa-apa kok, kan kecelakaan, nggak sengaja.." katanya memaklumi peristiwa tadi.

Setelah mengganti celana pendekku yang basah, di depan TV aku tidak dapat berkonsentrasi. Meskipun mataku tertuju ke layar TV, tetapi bayangan indah tubuh Mbak In sungguh sangat menggoda dan terus membayang di benakku. Kemudian Mbak In keluar dari kamar mandi dengan berbalut handuk yang tidak mampu menutupi seluruh tonjolan bukit di dadanya.
"Ini Mbak bajunya.." kataku masih gemeteran sambil memberikan daster (lebih tepatnya baju tidur) milik Nana, sambil langsung ke dapur mengambil air minum untuk menenangkan diri.
Kulihat pintu kamar belakang (kamar kosong untuk keluarga kalau bermain atau menginap) gelap dan tertutup, "Ah, dia masih ganti baju, atau mungkin langsung tidur.." pikirku.

Aku langsung menuju kamarku yang pintunya setengah terbuka, dan, "Aaahh.." teriak Mbak In.
Ternyata dia berdiri di depan kaca rias tanpa sehelai benang pun melekat di tubuh indahnya, balutan handuknya sudah dilepas, tetapi masih belum memakai daster yang kuberikan tadi. Tangannya berusaha menutupi bagian tubuhnya yang sempat ditutup, tetapi itu tidak berhasil dengan baik, sehingga aku masih dapat melihat tubuh telanjangnya untuk kedua kalinya dengan jelas, apalagi lampu kamar yang begitu terang, jauh lebih terang dari lampu kamar mandi, sehingga sangat jelas terlihat kemolekan dan keseksian tubuhnya.

Sebagai laki-laki normal, langsung saja alat kejantananku bereaksi keras melihat pemandangan indah tersebut.
"Sorry Mbak, aku.. aku.. kira Mbak di kamar belakang.." kataku gugup langsung keluar dan menutup pintu kamar, masih sempat kulihat dia tersenyum yang tidak dapat kuterjemahkan artinya, bingung kenapa dia di kamar utama.
"Hend.., tolongin Mbak dong..!" teriaknya dari dalam kamarku.
Perlahan kubuka pintu kamar, takut kalau kejadian tadi terulang lagi, tetapi ternyata dia duduk di kursi di depan meja rias sambil menyisir rambutnya yang masih basah dan mengenakan baju tidur yang kubawakan tadi.

"Masuk aja Hend, nggak usah malu-malu.." katanya pelan dan tenang.
Agak ragu aku melangkah masuk ke kamarku sendiri. Mbak In berdiri mendekatiku, dan langsung memelukku, kurasakan dadanya menekan tubuhku, terasa hangat dan kenyal.
"Hend.., sudah lama aku menginginkan saat-saat ini, aku tahu kamu selalu berusaha mencuri pandang.." katanya lembut.
Aku tidak tahu harus berbuat apa, karena seolah dia menangkap basah pikiranku. Kupeluk balik dia dan kuusap punggungnya. Akhirnya aku tidak dapat menahan gejolak lagi ketika tangan Mbak In mulai mengusap kejantananku yang sudah menegang sejak kehadirannya dirumahku.

Dengan penuh nafsu, kubuka baju tidur yang belum lama dipakainya dan kusibakkan rambutnya yang basah dan mulai kucium leher jenjangnya, kujilati kulit halusnya, sudah lama aku mendambakan kesempatan indah ini.
"Aaaghh.., ss.. shh..!" desahnya sambil meremas batang kejantananku.
Tidak kusia-siakan kesempatan ini, tanganku mulai mengelus dan meremas payudaranya yang besar dan indah yang sudah lama kuimpikan, begitu kenyal dan padat, meskipun sudah memiliki satu anak. Kuturunkan ciumanku ke pundaknya, terus turun lagi, tetapi tiba-tiba tubuhnya merosot dan berjongkok di depanku, ditariknya celana pendek sekaligus celana dalamku ke bawah, sehingga menyembullah kejantananku yang sudah lama menegang. Sejenak dia tertegun melihat alat vitalku yang 17 cm panjangnya dan melengkung ke bawah.

"Hend, gede banget.., jauh lebih gede dari punya Mas Roes dan lagi bentuknya aneh, pasti enak deh di dalam.." katanya sambil menengadah menatapku, dan tersenyum simpul.
Sedetik kemudian dijilatinya ujungnya dan dimainkannya lidah mungil itu, menari-nari di kepala kemaluanku. Terus dijilati dari ujung hingga pangkal, kemudian turun ke kantong kemaluanku. Kuangkat kaki kananku untuk memberinya jalan supaya lebih mudah menjilati. Kemudian jilatannya naik lagi ke atas hingga akhirnya dengan agak susah dikulumnya kepala kejantananku, perlahan tetapi pasti. Akhirnya, tiga perempat batang kejantananku masuk ke dalam mulut mungilnya. Sambil tangan kirinya mengusap-usap kantong kemaluanku, tangan kanannya memegang dan mengocok batang kemaluanku, sementara kepala batangku masih di dalam mulutnya dengan tidak lupa digoyang-goyangkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, sungguh sensasi yang luar biasa.

"Aaahh.. oosshh.." erangku sudah hampir tidak tahan.
Kupegang rambutnya dan kudorong-tarik hingga kemaluanku dapat bergerak leluasa keluar masuk di mulut seksinya. Kuangkat tubuhnya dan kutelentangkan di ranjang, mulai kujilati puting di dadanya secara bergantian kiri dan kanan, kurasakan badannya menggelinjang-gelinjang keenakan. Terus jilatanku turun ke perut, lalu sampai ke pusar, dan akhirnya menyentuh rambut bawahnya sambil tanganku bermain di daerah liang kewanitaannya yang sudah basah. Lidahku mulai menjelajahi daerah kemaluannya, sengaja aku tidak langsung ke arah klitoris, tetapi berputar-putar di sekitar kemaluannya, terutama di lipatan pahanya, terus turun sampai ke lubang anus dan naik lagi, diangkatnya pinggulnya turun naik mengimbangi gerakan lidahku.

"Hen.. pleasse.. jangan.. goda.. aku.. begini.." desahnya sambil menarik rambutku, tetapi kata-katanya tidak kupedulikan.
Kuteruskan jilatanku mulai ke arah klitoris sambil kumasukkan tanganku ke lubang kenikmatannya, satu jari.., dua jari.., dan akhirnya tiga jari dapat masuk juga. Kugerakkan jariku keluar masuk sambil menjilat klitorisnya.
"Aaagghh.., sshh.., shh.." desahnya sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya semakin liar, seliar kilatan dan guntur di luar yang mengiri irama permainan kami.

Akhirnya kuposisikan tubuhku di atasnya, kutindih tubuhnya, masih dapat kurasakan tonjolan di dadanya yang montok itu. Sementara tubuhku di atasnya, sedikit kuangkat pantatku untuk memberi jalan tangannya supaya dapat memegang kejantananku dan diusap-usapkannya ke liang senggamanya.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, kudorong pantatku dan, "Bless..!" dan, "Aaauu..!" dia menjerit kesakitan.
Badannya menegang dan tangannya mencengkeram erat lenganku, kudiamkan sejenak. Kulihat dia memejamkan matanya, kubiarkan menikmati saat-saat seperti ini. Meskipun sudah mempunyai satu anak, tetapi liang kemaluannya masih tetap kencang seperti belum pernah melahirkan.
Perlahan ketegangannya mulai mengendur, pelan-pelan kutarik keluar batang kemaluanku, lalu pelan-pelan pula kumasukkan lagi, begitu seterusnya sehingga dia sudah dapat menyesuaikan iramanya, semakin lama semakin cepat kocokan batang keperkasaanku di dalam liang senggamanya, hingga semua masuk ke dalam, terasa menyentuh sesuatu di dalam, tetapi enak.
"Ooosshh.. ss.., yaa.. terus.. terus.. Hend..!" dia mulai mengerang dan menggelinjang semakin lama semakin tidak beraturan.
Kunaikkan badanku hingga posisi jongkok bertumpu pada lutut. Aku dapat melihat ekspresi wajahnya dan goyangan buah dadanya saat kukocok keluar masuk. Kakinya mengimbangi gerakanku dengan dinaikkannya ke pinggulku, lalu terus naik ke pundakku. Sesekali dipegangnya sendiri kedua bukit di dadanya, sehingga lebih menonjol dan kelihatan lebih seksi dari biasanya.

Sementara hujan di luar semakin deras, sederas keringat dan nafsu kami berdua, sampai akhirnya, "Ooogghh.., ya.. ya.. ya.. lebih cepat Hend, aku mau keluar.., ya.. terus.. ya.. begitu.. yaa..!"
Mbak In mencengkeram tanganku dengan kuat, kurasakan denyutan di dalam liang kewanitaannya. Rasanya seperti dipilin-pilin enak, aku tidak menghiraukan itu, masih terus kukocok keluar masuk meskipun dia sudah orgasme, sudah menjadi kebiasaanku kalau cewek keluar akan semakin meningkat tensi dan kocokanku.

Kubalikkan badannya hingga posisi dogie style, selanjutnya kumasukkan kejantananku ke liang senggamanya yang sudah basah itu, masih terasa seperti menyentuh ke dinding rahim, kupegang pantatnya yang padat, kutarik dan kudorong maju mundur. Aku mulai mengocok Mbak In lagi, meskipun sudah kelihatan lemas, tetapi masih menggairahkan. Dari belakang kuraih kedua buah dadanya yang menggelantung dan kugunakan sebagai pegangan untuk menggoyang-goyangkan badannya sambil sesekali kupilin-pilin putingnya yang kian membesar. Dari pantulan kaca rias, terlihat wajahnya yang meregang keenakan, tangannya mencengkeram pinggiran ranjang dengan kuatnya.

"Sss.. terus Hend.., cepaatt.. cepaatt..!" sambil mendorongkan badannya ke arahku untuk mengimbangi gerakanku yang semakin cepat dan keras, sesekali digoyangnya ke kiri dan ke kanan menambah sensual gerakannya yang semakin lama semakin liar.
Sesekali kutarik rambutnya ke belakang, semakin kujambak semakin liar gerakannya.
"Ya.., truss.. Hen.. trus.., Mbak.. ke.. ke.. luar.. laagii..!" desahnya sambil menggigit ujung bantal di depannya.
Kembali terasa dinding kemaluannya berdenyut, tetapi itu tidak kuhiraukan, malah kupercepat irama permainan kami.

Sebenarnya pada saat yang bersamaan aku hampir orgasme, tetapi kutahan sejenak dan pada saat itu dia menghentikan goyangannya, sehingga aku ada waktu untuk menurunkan tegangan di ujung kemaluanku. Perlahan kutarik keluar kemaluanku, dia langsung telungkup, kulihat keringat membasahi punggung dan sprei, kurebahkan diriku di sampingnya.
"Kamu gila Hen.., Mbak udah dua kali keluar, tapi punyamu masih tegang.." komentarnya sambil memegang dan mengocok perlahan kemaluanku yang basah oleh cairan kewanitaannya.
Kemudian dia bangkit dan diarahkannya kepalanya ke kemaluanku, dikulum dan dijilatinya batang kemaluan basah itu.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, kutarik tubuhnya dan kuposisikan dia di atasku.
"Hend.., aku udah nggak kuat, beri aku istirahat sebentar..!" katanya sambil tetap memasukkan batang kemaluanku ke dalam mulut seksinya.
Kulirik jam di dinding, sudah pukul 14:30, berarti kami sudah bermain lebih dari setengah jam, sebentar lagi Nana datang (biasanya dia datang sekitar pukul 15:00 sore kalau hari Sabtu), jadi tidak ada waktu lagi untuk beristirahat, aku harus menuntaskan permainan, segera sebelum Nana pulang.

"Mbak.., sebentar lagi Nana datang, kita selesaikan aja sekalian, ntar Mbak bisa istirahat setelah ini.." kataku.
Tiba-tiba Mbak In berdiri dan keluar kamar, diambilnya wireless phone dan kudengar dia bicara dengan seseorang.
"Siang.., bisa disambungkan dengan Nana.. Nana, Hendra pesan akan keluar dan kembali jam lima sore.., ada perlu dengan temannya katanya. Telpon kantormu sibuk terus, dia telpon ke rumah.. Telpon dulu, barangkali sudah datang. Atau ke rumahku.. tapi.. aku lagi ada janji sama nasabah. Mas Roes ada kok.. Oke..?" sepotong-sepotong kalimatnya kudengar, tetapi dapat kutebak maknanya.
Kemudian dia masuk ke kamar lagi, langsung memeluk dan menciumi leherku.
"Kita aman sampai jam lima nanti.." katanya sambil tangannya mulai meremas batang kemaluanku lagi.
"Mbak nakal deh..!" kataku membalas ciuman bibirnya.

Tidak lama kemudian, Mbak In sudah menempatkan dirinya di atasku, dengan mudahnya kemaluanku sudah terbenam semuanya ke dalam tubuhnya. Perlahan tetapi pasti, Mbak In sudah mulai menggoyang pinggulnya, maju mundur, kiri kanan, berputar-putar, sementara tangannya meraba kantong kemaluanku, terasa geli dan nikmat. Aku masih diam tidak melakukan gerakan kecuali tanganku yang aktif meraba payudaranya yang kelihatan sempurna. Sesekali kupilin-pilin seperti mencari gelombang radio. Mbak In merubah gerakannya menjadi turun naik, sehingga batang kemaluanku keluar masuk liang senggamanya, terasa sekali jepitan otot kemaluannya di batang kejantananku.
"Sss.., yess.. akh.. sshh..!" desahnya mengiringi gerakan tubuhnya.

Beberapa saat kemudian, kurasakan remasan pada batang kemaluanku, ternyata Mbak In sudah orgasme untuk ketiga kalinya, langsung tubuhnya dijatuhkannya ke tubuhku.
"Sekarang giliranku.." bisikku.
Kupeluk tubuh montok Mbak In dengan erat, lalu pinggulku mulai turun naik melakukan kocokan ke lubang nikmatnya, nafasnya terdengar naik turun dekat telingaku. Aku tidak mempedulikan desahannya, justru menambah rangsangan bagiku, semakin dia mendesah semakin kuat genjotanku ke tubuhnya. Akhirnya ujung kemaluanku semakin menegang, dan dorongan di dalam tubuh semakin kuat untuk menyemburkan cairan panas dari kemaluanku.

Beberapa saat kemudian, kubisikkan ke telinganya, "Mbak aku mau keluar.." tanpa menghentikan gerakanku.
Kurasakan desakan keluar di ujung kemaluanku, dengan cepat kutarik keluar supaya spermaku tidak tumpah di dalam.
Tetapi, "Jangan ditarik Hen.., keluarin di dalam aja..!" katanya sambil merapatkan pinggulnya di atas pinggangku, sehingga aku tidak dapat mengeluarkan kejantananku dari dalam.
Akhirnya aku sudah tidak tahan lagi, dan, "Crot.. crot.. crot.." hingga 12 kali semprotan di dalam liang rahimnya.
"Aaauughh..!" jeritnya ketika kusemprotkan spermaku ke dalam lubang kenikmatannya.
Terasa bibir kemaluannya menyempit dan menjepit batang kejantananku ketika ujung kemaluanku itu berdenyut. Kudiamkan sesaat di dalam hingga kurasakan pijatan halus dari dinding kemaluannya, sungguh nikmat. Lalu kucabut keluar alat kejantananku yang sudah setengah lemas. Kurebahkan Mbak In di ranjang, lalu kujepitkan kemaluanku yang basah di antara buah dadanya yang montok sambil perlahan kugerakkan maju mundur. Terasa geli enak karena sudah berpelumas cairan kami berdua, dan lagi buah dada Mbak In mampu menjepit seluruh lingkaran kemaluanku, sesekali dijilatinya ujungnya dengan nakal.

Kami berdua terkulai lemas, tubuh Mbak In masih terkulai di atas tubuhku. Kami berdua sama-sama bersimbah peluh, dinginnya AC dan suasana hujan tidak mampu menahan gejolak diri kami. Mbak In kemudian meraih dan mengelus-elus kejantananku. Tiba-tiba kepalanya dicondongkan dan kembali alat kejantananku yang sudah agak lemas dan basah oleh spermaku dan cairan kewanitaannya dimasukkan ke dalam mulutnya, dikulumnya, dijilatinya seperti lollypop. Sungguh aku tidak tahan diperlakukan seperti itu. Akhirnya aku menyerah karena kegelian.

Jarum jam sudah menunjukkan 15:15, masih ada waktu beberapa jam sebelum istriku Nana sampai di rumah. Sambil berpelukan di ranjang, pembicaraan mengarah ke hal-hal pribadi yang selama ini tidak pernah dibicarakan, hingga akhirnya, "Kamu sungguh hebat Hend.., belum pernah aku diperlakukan oleh laki-laki seperti itu, apalagi dibandingkan dengan Mas Roes, jauh sekali.." katanya manis.
"Emang sebelumnya pernah dengan laki lain..?" tanyaku iseng, tetapi jawabannya sungguh diluar dugaan.
"Iya sih, just for fun aja.." jawabnya ringan tetapi cukup mengejutkanku, dan aku penasaran seberapa jauh petualang dia dalam melakukan hubungan seks.
Akhirnya dia bercerita tentang petualangan dia sebagai seorang agen eksekutif di sebuah perusahaan *** (edited).

Kami masih sempat main sekali lagi di bath tub kamar mandi sambil membersihkan diri. Setelah itu kami berdua duduk berpelukan sambil nonton TV di ruang tengah seperti layaknya dia istriku sambil melanjutkan cetita petualangannya. Tepat pukul 17:30, Nana istriku datang. Segera Mbak In masuk kamar belakang untuk berganti pakaian yang lebih sopan, supaya tidak mengundang kecurigaan Nana.

Setelah Nana mandi dan berganti pakaian, kami bertiga duduk di ruang tengah sambil mengobrol dan nonton TV, seolah tidak pernah terjadi apa-apa, hingga Mas Roes menjemput Mbak In untuk pulang pada jam 20:00, setelah menjemput Puput dari rumah kakeknya.

Sejak kejadian itu, kami sering melakukannya, baik di rumahnya ataupun di rumahku. Bahkan kalau ada dinas keluar kota, tidak lupa kami menyempatkan diri semalam berdua di hotel. Tanpa bermaksud menyepelekan dan melecehkan para rekan agen *** (edited), tetapi kisah ini memang sebenarnya terjadi.

TAMAT

Mamiku

Admin
8:53 PM
Mamiku - Aku Iwan, masih kelas 3 di salah satu SMU di Jakarta Selatan dan tinggal bersama Papa dan Mami serta adikku Ita yang sekolahnya sama dengan sekolahku, hanya Ita masih duduk di kelas 1 dan masuk siang, sedangkan semua kelas 3 kebagian masuk pagi. Di rumahku juga ada seorang pembantu yang agak tua. Perlu diketahui, Mama kandungku telah meninggal beberapa tahun yang lalu akibat sakit, dan Papaku mengawini adiknya Mama kira-kira setahun yang lalu. Aku serta Ita memanggilnya Mami yang sebelumnya memang sudah kami kenal dengan baik. Habis dia kan tanteku juga.

Mami ini dicerai oleh suaminya, dengar-dengar sih katanya karena sudah kawin 4 tahun tapi belum punya anak. Nah, mungkin Papa merasa sudah duda serta tanteku sudah janda dan apalagi mereka sudah kenal baik sebelumnya, jadilah mereka kawin.

Nah, ceritaku ini terjadi kira-kira 3 minggu yang lalu di siang hari ketika aku pulang dari sekolah. Setelah ganti dengan celana pendek dan kaos singlet saja, aku langsung makan yang telah disediakan oleh Pembantu. Setelah selesai makan, aku bermaksud ke ruang tamu mau mendengerkan lagu-lagu dari Laser Disc. Tetapi sewaktu melewati kamar Papa dan Mami yang pintunya agak terbuka sedikit, kudengar suara-suara yang agak aneh dan berisik. Karena ingin tahu suara apa itu, kuhentikan langkahku dan kuintip dari pintu kamar Papa dan Mami yang agak terbuka sedikit tadi. Ternyata Mami sedang duduk membelakangiku dan sedang melihat TV.

Setelah keperhatikan lebih cermat, ternyata Mami sedang nonton film blue dari Laser Disc. Dan kuperhatikan lagi, tangan kiri Mami bergerak maju mundur di sekitar bagian pahanya. Mamiku ini walau sudah agak berumur kira-kira 37 tahun, tapi aku sangat bangga, karena banyak mata yang mengaguminya kalau kami sedang jalan-jalan di Mall, mungkin karena Mami agak seksi dan warna kulitnya yang putih bersih serta bentuk dada yang menonjol serasi. Itu komentar yang pernah kudengar dari beberapa orang temannya Mami.

Mami yang sedang nonton TV itu mengenakan baju atau daster merah muda tipis dan sangat minim, habis sih pahanya hampir kelihatan semua, bulu ketiaknya yang lebat kelihatan juga. Sayangnya Mami menghadap ke depan, sehingga yang terlihat hanya punggungnya yang putih bersih. Karena selama ini aku belum pernah melihat film seperti itu, lalu kuputuskan untuk melihatnya terus dari celah pintu itu dan melihat adegan demi adegan. Batang penisku tidak terasa menjadi tegang sekali.

Saking asyiknya nonton sambil berdiri, ditambah nafsuku makin meninggi, tidak terasa berdiriku menjadi tidak tenang dan dengkulku menyenggol pintu kamar Mami dengan keras. Tapi dengan cepat aku mundur menjauhi pintu.
"Iwaaan.., kamukah itu..?" kudengar suara Mami memanggilku, tapi aku tidak menjawab.
"Iwaaan.., sini.. doong.. naaak..!" kudengar kembali Mami memanggilku.
Karena tidak enak, lalu aku kembali menuju pintu kamar Mami dan kujawab, "Ada.. apa.. Mam..?" sambil kuperlihatkan kepalaku.
"Sini.. Wan..!" kata Mami sambil melambaikan tangannya dan film blue tadi masih terus berjalan.

Karena ingin melanjutkan nonton film tadi, lalu aku masuk kamar Mami dan Mami melanjutkan kata-katanya.
"Wan, sini.., duduk dekat Mami, Mami tahu kok kalau Iwan pingin nonton film itu kan..?" lanjut Mami sambil menunjuk TV.
"Sini.. Wan.. kamu sudah besar.. Sudah seharusnya kamu juga tahu."
"Maaf ya Mam, saya telah mengganggu Mami," kataku.
"Aaahhh.. kamu ini," kata Mami. "Sudahlah, duduk sini.. kita nonton sama-sama," lanjut Mami sambil mencium pipiku.

Perasaanku menjadi tidak karu-karuan bercampur malu ketika pipiku dicium Mami, apalagi tercium bau minyak wangi yang dipakainya terasa harum menusuk hidungku, sehingga nafsuku makin menjadi-jadi. Setelah beberapa saat hanya diam saja dengan mata kami tetap tertuju ke arah TV, tiba-tiba aku dikejutkan dengan pertanyaan Mami.
"Waan, kamu.. tadi sudah lama ya.. nontonnya dari pintu..?"
"I... ya Mam," jawabku malu tanpa menengok Mami.
"Jadi.. Iwan.. tahu.. Mami.. lagi ngapain..?" tanya Mami lagi dan lagi-lagi hanya kujawab pendek dengan tanpa menoleh ke Mami.

"Waaan..," kembali Mami memanggilku, tapi kali ini suaranya terdengar agak lain.
Dan ketika kuberanikan menatap wajah Mami, kulihat kedua mata Mami agak berair.
"Waan, Iwan. Jangan sampai salah.. yaaa, Mami sering nonton film seperti ini bersama Papamu, yaaah.. Mami sangka Mami bisa mengembalikan kondisi Papamu kembali. Tapi.., sampai saat ini masih belum."
"Lho.., memangnya Papa kenapa Maaam..?" tanyaku karena betul-betul aku tidak mengerti apa yang dimaksud Mami.

"Aduuh.., Iwaaan gimana sih menjelasinnya sama kamu..? Kok kamu sepertinya nggak ngerti sama sekali," kata Mami.
"Betuuul Mam.." jawabku, "Iwan betul-betul nggak ngerti.. kenapa sih dengan Papa..?" tanyaku kembali.
Lalu Mami menggeser duduknya mendekatiku sehingga sekarang Mami duduknya sudah menempel denganku, sehingga bau wangi Mami terasa sekali dan membuat penisku yang dari tadi sudah tegang karena lihat film menjadi lebih tegang lagi.

"Waaan," kata Mami perlahan, "Papamu sudah kira-kira enam bulan ini.., ininya.. (sambil tiba-tiba tangan kanannya meremas batang kemaluanku) nggak bisa bangun."
"Aaahhh.. Mami." sahutku sambil berusaha melepaskan tangan Mami dari penisku, walaupun rasa penisku berdenyut enak, tapi aku berusaha melepas tangan Mami, karena malu dan apalagi selama ini belum pernah penisku dipegang oleh orang lain.
"Waaan, Mami kan masih kepingin. Tapi.. yaaahh.. karena punya Papamu nggak bisa bangun, jadi.. terpaksa Mami melakukan seperti yang Iwan lihat tadi.

"Maaam, Mami kepingin apa sih.. dan tadi.. Iwan.. nggak lihat jelas.., Mami.. tadi ngapain sih..?" tanyaku lebih berani.
"Waaan, Mami kan masih kepingin seperti yang di TV itu lho.. dan.. ini.. lho.. Waan," sambil tangannya mengambil sesuatu dari bawah bantal dan diperlihatkan padaku.
Setelah kulihat, ternyata manian yang berbentuk penis. Oh.., rupanya itu yang tadi dimaju-mundurkan. Lalu kami berdiam sejenak dan kembali melihat TV yang adegannya semakin seru.

"Waan..," tiba-tiba aku dikejutkan oleh panggilan Mami.
"Yaa.. Maaam," kujawab sambil menengok ke arah Mami.
"Waan, boleh... Mami... lihat punyamu..? Mami rasakan tadi kok.. punyamu... besar betul dan.., keras lagi..?" lanjut Mami.
"Maam, jangan.. aaahh.. Maaam, Iwan.. maluuu.., apalagi nanti ada orang lain yang.. lihat," jawabku sekenanya.
"Lhooo.., kok sama.. Mami sendiri maluuu..? Disini kan cuman kita berdua. Waaan, boleh yaa.. Waan..?"
Dan tanpa menunggu jawabanku, bahuku didorong Mami hingga rebah di tempat tidur, dan Mami dengan cekatan membuka resleting celana pendekku dan menarik turun bersama CD sampai terlepas dari badanku.

"Aduuh... Waan, besar betul punyamu ini," komentar Mami sambil memegang batang kemaluanku dan memijatnya pelan.
Aku hanya memejamkan mataku sambil menikmati enaknya penisku yang sedang dipegang Mami.
"Waaan.., Mami enakin seperti yang di TV.. yaa..?" kata Mami lagi, dan kudiamkan saja pertanyaan Mami sambil menunggu dan ingin tahu apa yang akan dilakukan Mami.
Tiba-tiba.., "Huuub..," penisku yang berdiri tegak itu telah masuk semuanya ke dalam mulut Mami dan sangat terasa sekali ketika Mami mulai menghisap dan mengocok maju mundur dengan mulutnya.
"Maaam.. Maam.. eenaak.. Maaam.. eenaak.. Maam..," tidak terasa aku berkomentar seperti itu karena merasakan kenikmatan yang luar biasa.
Dari mulut Mami yang tersumpal dengan batang kemaluanku hanya terdengar bunyi, "Hhhmm.. hhm.. hhmm..," sambil tangannya mempermainkan kedua biji kemaluanku.

Batang kemaluanku terasa seperti tersedot-sedot, dan kadang terasa lidah Mami mengenai kepala penisku dan menambah keenakan yang pertama kali kualami, dan secara tidak sadar kepala dan rambut Mami kuremas-remas dengan kedua tanganku sambil sesekali kutekan kepalanya, sehingga seluruh batang kemaluanku terasa masuk semua ke dalam mulut Mami.

Beberapa menit kemudian, Mami melepaskan batang kemaluanku dari mulutnya, dan datang menghampiriku sambil mencium pipiku dan berbisik di dekat telingaku.
"Waan, enaaak... Waan..?"
Karena memang aku menjadi keenakan, dan apalagi ini menjadi pengalaman pertamaku, kujawab dengan jujur.
"Iyaa.. Maaam.., enaak sekali rasanya."
Lalu kudengar Mami berbisik lagi, "Iwaan.., sekarang.. Iwan mau kan tolongin Mami..?"
Karena aku benar-benar tidak mengerti apa yang dimaksudkan Mami, langsung saja kutanyakan, "Maam, tolongin.. apaan..?"
"Aduh.. Waan," kata Mami lagi seperti keheranan.
"Itu.. lho Waan.. tolong ciuum tetek Mami seperti yang Iwan lihat di TV itu..!" kata Mami sambil melepaskan dasternya sambil terus tiduran.
Sekarang baru kulihat dari dekat payudara Mami yang sangat putih dengan kepala susunya yang kecoklatan. Karena nafsuku sudah meninggi dan ingin segera mencoba apa yang kulihat di TV tadi, tanpa menjawab kata-kata Mami, langsung saja aku bangun dan mendekati payudara Mami. Pertama kucium payudara Mami kanan-kiri dengan kepalaku agak kutekan, lalu seperti yang kulihat tadi di TV, kujilati payudaranya dan sesekali kusedot puting susu Mami yang kecoklatan itu, dan mungkin karena keenakan, kudengar Mami berguman.
"Iwaan.. Waan teruss.. Waan.. enaak.. teruus.. Waan..!" sambil kedua tangannya meremas-remas rambutku.

Mendengar kata-kata Mami itu, nafsuku semakin meninggi dan berusaha mencoba membuat Mami lebih enak, apalagi kuingat bahwa Mami sudah enam bulan ini tidak pernah mendapatkannya dari Papa. Sedotan dan jilatanku di sekitar payudara Mami lebih kupergiat, apalagi sekarang tangan kanan bukan lagi meremas rambutku, tetapi sudah meremas dan mengocok batang kemaluanku. Sambil berguman, "Enaak.., Waan.. enaak. Teruuss Waan..!" dan kembali kedua tangan Mami meremas rambutku lebih kuat lagi.

Setelah beberapa saat, terasa remasan-remasan tangan Mami di kepalaku itu seperti diikuti dengan dorongan agar kepalaku turun ke bawah. Walaupun tanpa kata-kata dan masih ingat dengan adegan TV yang aku sempat tonton tadi, aku menjadi yakin kalau sekarang Mami menyuruhku untuk pindah dan mencium bagian vaginanya. Tanpa menunggu dorongan Mami lagi, kuturunkan badanku pelan-pelan sambil kujilati bagian badan Mami mulai dari perut, terus ke pusar dan terus turun ke bagian bawah pusar Mami, dan sekarang sudah sampai di kemaluan Mami yang masih tertutup dengan CD-nya. Tercium bau kemaluan Mami yang membuatku semakin bernafsu.

"Waaan..," kudengar panggilan Mami dengan kedua tangannya masih tetap meremas-remas rambutku.
"Too.. loong.. buu.. kaa celananya Waaan..!" katanya lanjut.
Tanpa menunggu lebih lama, dan karena aku ingin melihat bentuk aslinya vagina itu seperti bagaimana, pelan-pelan kutarik turun celana dalam Mami. Ketika aku kesulitan menarik turun lebih lanjut karena terdindih pantat Mami, Mami mengangkat pantatnya sedikit, dan dengan mudah CD-nya kulepas.

Kulihat di hadapanku, vagina Mami yang sekelilingnya ditumbuhi oleh bulu-bulu hitam yang halus. Tanpa ada yang menyuruh, lalu kucium dan kujilati di bagian belahan vagina Mami sambil mempraktekkan seperti apa yang kulihat di film tadi, sedangkan Mami segera menggerakkan pantatnya, dan kepalaku kembali diremas-remas dan ditekannya. Ketika aku coba menjulurkan lidahku menusuk belahan kemaluan Mami, terasa lidahku terkena cairan dari dalam vagina Mami yang agak asin, sedangkan kedua kaki Mami secara perlahan-lahan direnggangkan.

Karena tidak sabar, kubantu membuka kedua kaki Mami sehingga sekarang kakinya terbuka lebar, dan aku berada di tengah. Dan karena aku ingin tahu lebih jauh tentang vagina, apalagi baru kali ini kulihat dari jarak sangat dekat, maka kugunakan kedua tanganku untuk membuka belahan kemaluan Mami. Kulihat dengan jelas di bagian atas ada seperti daging menonjol berbentuk seperti kerucut dan ada lubang kecil, dalam pikiranku mungkin ini yang disebut orang klitoris. Sedangkan di bagian dalam vagina Mami, semuanya berwarna kemerahan dan basah oleh cairan. Agak ke bawah lagi terlihat ada bagian yang berlubang sebesar jari kelingking.

Melihat semua isi kemaluan Mami, aku jadi teringat pelajaran Anatomi yang diajarkan di sekolah. Melihat ini semua, nafsuku semakin meninggi dan tanpa ada yang menyuruh lagi dan karena aku baru saja dapat pelajaran dengan melihat film blue barusan, lalu sambil masih memegangi kedua bibir kemaluan Mami, kujilat dan kuhisap klitoris Mami. Tiba-tiba Mami menggelinjang kuat sambil kedua tangannya meremas rambutku makin kuat dan berguman agak kuat.

"Iwaan.. arrchh.. uuuu.. Waan... aarcchh.. enaak Waan.. teruu.. ss.., aarrchh.. aduuh Waan.. enaakk... teruus..!" kudengar Mami mengoceh terus dan membuatku makin bersemangat menghisap dan menyedot seluruh bagian kemaluan Mami.
Dari mulai bibir kemaluan, klitoris, bagian dalam, sampai semuanya kutusuk-tusukkan lidahku ke lubang yang ada di vagina Mami. Inilah mungkin yang membuat gerakan pantat Mami semakin menggila dan terus-terusan mengoceh.

"Aduuh.., Waan.. enaak.. teruuus.., archh.. enak Waan, aduh.. Waaan.. Mamiii.. mauu.., sampee.., aarchh..!"
Kedua kaki Mami sudah melingkar kuat di atas punggungku, dan kepalaku ditekannya kuat-kuat ke dalam vaginanya, sedangkan seluruh wajahkuku sekarang penuh dengan cairan-cairan yang keluar dari vagina Mami, tapi tidak kuperdulikan, habis.. enak sih. Setelah itu ocehan Mami berhenti, dan badan Mami pun terlihat lemas lunglai, dan yang terdengar hanyalah suara nafasnya yang cepat seperti habis lari marathon.

Melihat Mami seperti itu, aku yakin kalau Mami baru saja mencapai puncaknya. Karena kasihan melihat Mami yang sedang terengah-engah kecapaian, kuhentikan jilatan dan sedotan mulutku ke liang senggama Mami, dan kuletakkan kepalaku di paha Mami dan kuelus-elus kemaluan Mami sambil menunggu apa yang akan diminta oleh Mami lagi. Setelah kudengar nafas Mami mulai agak teratur, kurasakan kedua tangan Mami yang masih memegang kepalaku itu berusaha menarikku ke atas sambil berkata lirih.
"Iwaan.. kesiniii... Sayaaang..!"
Aku segera merangkak, menghampiri Mami yang masih tiduran telentang.

Mami sambil menggeser badannya sedikit, melanjutkan kata-katanya, "Siniii.. Waan... tiduran di samping Mami."
Dengan perasaan kurang enak, malu dan lain sebagainya, aku berusaha menenangkan diri dan tiduran di samping Mami. Mami segera merangkulku dan terus mencium pipiku, dan terus seperti berbisik di dekat telingaku.
"Waan.., kamuuu.. kok.. pintar betul tadi.., Iwan sudah pernah yaaa.. sebelumnya..?"
"Dengan.. pacarmu yaa..?" sambung Mami lagi.
"Beel..uumm.. Maam, swear..," kataku cepat, "Kan.. belajar dari.. film yang Mami putar tadi."
"Oohh.., berarti Iwan murid yang cerdas doong," puji Mami sambil tetap memelukku dan kembali mencium pipiku.
Agar Mami agak senang, kucium juga pipinya, dan entah bagaimana mulanya, tahu-tahu bibirku telah dicium Mami.

Kalau soal ciuman, kuakui aku memang pernah mencium pacarku, jadi ketika lidah Mami menjulur masuk ke mulutku, pelan-pelan kuhisap lidahnya. Mungkin karena lidahnya kusedot, Mami langsung menjadi beringas dan memelukku erat-erat. Ciumannya semakin hot dan tentu saja aku tidak mau mengecewakan Mami, apalagi tangan Mami yang satunya sudah mengocok-ngocok penisku, jadi kuimbangi ciuman Mami sambil salah satu tanganku kuremas-remaskan ke payudara Mami.
Beberapa saat kemudian, tanganku kupindahkan ke vaginanya dan klitoris Mami kugosok-gosok dengan jariku. Hal ini membuat kocokan tangan Mami di batang kemaluanku semakin cepat, membuat nafasku semakin tidak teratur dan nafas Mami kembali terengah-engah. Setelah beberapa menit berciuman dan nafas kami berdua sudah tidak beraturan lagi, secara perlahan Mami menghentikan kocokan di penisku, dan menghentikan ciumannya serta terus berbisik di dekat telingaku.
"Iwaan, Mamiii sudaaah... nggak.. tahaaan Waan.. toloong.. punyanya Waan.. dimasukin.. ke Mamii.., Waaan. Ayoo.., Waan..!"

Mendengar kata-kata Mami ini, nafsuku semakin menjadi-jadi, tapi perasaanku juga semakin bingung, karena sempat terpikir Mami kan istrinya Papaku dan Mami walau bukan Mama kandungku, tapi sekarang kan telah menjadi Mamaku. Aku berusaha melawan kebingungan ini, dan tersentak dari lamunanku ketika mendengar Mami kembali agak berbisik dengan suara yang sedikit menghiba.
"Iwaan.. ayoo.. Sayaaang.. tolongiin.. Mamii.. Waaan..!"
Dan seperti tanpa berpikir, aku menjawab sekenaku, "Maam.. boo..leeh.. Maam..?" tanyaku, dan kulanjutkan pertanyaanku karena masih ragu, "Nggak..apa-paa. Maam..?"
"Ii.. yaa.. Sayaang.., boleeh.. boleh.., Waan." jawab Mami sambil mencium bibirku.

"Siniii.. Sayaang..!" kata Mami sambil menarik badanku.
"Coba posisikan badanmu di atas Mami," lanjutnya.
Aku segera bangun dan kunaiki badan Mami pelan-pelan. Dan setelah aku berada di atas badan Mami, kurasakan Mami membuka kedua kakinya lebar-lebar.
"Sinii.. Waaan, Mami bantu..," kata Mami sambil memegang batang kemaluanku dan dibimbingnya ke arah vagina Mami.
Aku hanya menurut saja apa yang dikatakan Mami, maklum aku masih terlalu buta, dan ini akan menjadi pengalaman pertamaku.

"Sudaah, Waan, sekarang tekan pantatmu pelan-pelan..!" perintah Mami dan kuikuti permintaan itu dengan menekan pantatku pelan-pelan.
Tapi baru saja sedikit aku menekan pantatku, penisku terasa seperti tertahan di vagina Mami, dan mendadak tangan Mami menahan gerakan turun pantatku dan berbisik sambil sedikit meringis.
"Aduuh.. Waaan, tahaan duluuu.. saa.. kiit... Waan."
Kuhentikan tekanan pantatku dan kuangkat sedikit ketika mendengar keluhan Mami.

"Iwaaan.. pelan-pelan yaa Sayaang. Sudah lama Mami nggak begini.. dengan Papamu, apalagi... punyamu... itu besaar sekali, lebih besar dari punya Papamu..," kata Mami lemah tapi membuatku menjadi sangat bangga karena punyaku dikatakan Mami masih lebih besar dari punya Papa.
"Sekarang.. gimana Maaam..?" tanyaku tidak sabar ingin segera memasukkan penisku ke dalam liang senggama Mami.
"Waan..," kata Mami lagi, "Coba naik turunkan pantatmu pelan-pelan, dan nanti kalau pantatmu Mami tahan, berarti kamu harus tarik pantatmu ke atas, dan waktu pantatmu nggak Mami tahan, kamu boleh tekan lagi. Beberapa kali.. sampai nanti kamu bisa rasakan sendiri kalau punyamu sudah masuk ke dalam punya Mami, bisaa.. kan Waan..?" kata Mami sambil mencium bibirku.
"I.. yaaa Maam, Iwan coba sekarang.. yaa." jawabku.

Lalu kuikuti pelajaran yang diberikan Mami. Tapi ketika pantatku kutekan, sering kulihat wajah Mami sedikit meringis seperti menahan rasa sakit. Setelah beberapa kali kunaik-turunkan pantatku pelan-pelan, suatu saat pantatku malah ditekan agak keras oleh kedua tangan Mami dan terasa batang kemaluanku seperti terjeblos ke dalam lubang.
"Bleess.." dan kudengar Mami agak berteriak, "Aaacchh.., Iwaan..," sambil seperti menahan nafasnya.
Karena kaget dengan teriakan Mami, kutahan gerakanku dan kudiamkan sebentar sambil menunggu reaksi lebih lanjut dari Mami yang saat ini sedang memejamkan matanya.

Tapi baru saja aku mau berpikir apa yang akan Mami lakukan atau katakan, terasa batang kemaluanku seperti tersedot-sedot dan dipijat-pijat. Sedotan dan pijatan di penisku ini terasa sangat kuat sekali, dan terasa sangat enak. Karena rasa sedotan dan pijatan di batang kemaluanku terasa begitu nikmat, secara tidak sadar aku kembali menekan penisku masuk.
"Bleess..!" dan kembali kudengar Mami sedikit berteriak, "Waan.., aarrchh.. saakiiit," sambil kedua tangan Mami sedikit mendorong pantatku.
Terpaksa kuhentikan tekanan penisku, tapi kurasa penisku sudah masuk semuanya ke dalam liang senggama Mami sambil menunggu reaksi Mami.

Tidak lama kemudian, tangan Mami menekan pantatku dan kurasakan kembali sedotan-sedotan dan pijatan-pijatan yang sangat kuat di batang kemaluanku. Karena rasa enak ini, secara tidak sadar aku mulai menaik-turunkan pantatku pelan-pelan sehingga penisku naik turun di dalam lubang vagina Mami, dan Mami pun mulai menggerakkan pantatnya naik turun mengikuti irama pergerakan penisku yang naik turun. Mami mulai mengeluarkan desahan-desahan.

"Waaan... teeruuss... Sayaaang.. aachhh.. enaaak.. Waan.. aduuuh.. enaak... Waan."
Kurasakan batang kemaluanku begitu hangat di dalam vagina Mami yang sangat basah, sehingga setiap kali tedengar bunyi, "Ccrreeet.. creett.."
Hal ini membuatku semakin mempercepat gerakan penisku naik turun.
Tidak sadar terucap, "Maaam... Iwaaan.. jugaa.. enaaak.. Maaam, ayoo Maam..!" sambil kedua tanganku mencengkeram kepala dan rambut Mami.

Beberapa menit kemudian, kurasakan gerakan badan dan pantat Mami semakin liar dan semakin cepat, serta kedua tangannya mencengkeram kuat di punggungku. Tiba-tiba kedua kaki Mami dilingkarkan kuat-kuat di atas pantatku dan memeluk badanku kuat-kuat sambil berteriak cukup kuat.
"Waaan, Mamiii... nggaak.. kuaaat.. mauu.. keluaar.. aacrrhhh.. aacrhhh.." dan terus terdiam dengan matanya tertutup dan nafasnya memburu terengah-engah.
Melihat Mami terdiam dengan nafasnya yang terengah-engah itu, aku merasa kasihan dan segera kuhentikan gerakan penisku naik-turun, tapi dengan posisi batang kemaluanku masih terbenam semua di dalam liang senggama Mami.

Setelah nafas Mami mulai agak teratur. Mami membuka matanya dan segera mencium bibirku sambil berkata lirih.., "Iwaan, terima kasiih yaaa.. Sayaang.., Iwaan pintaar.. dan.. bisa muasin Mami."
Kembali bibirku diciumnya, dan segera kujawab.., "Maaam.., Iwan nggak tahu.. Maam, tapi Iwan sayaang.. Mami dan Iwan... mauuu Mami senang."

Setelah kami diam sejenak dengan posisi masih seperti tadi, lalu kuberanikan bertanya ke Mami.
"Maam, jadi sekarang sudah selesai..? Kalau begitu.. Iwan.. cabut.. ya.. Maaam..?"
"Jaangaan.. Waaan," jawab Mami sambil mengencangkan pelukannya, "Sebentar lagi kita lanjutkan seperti tadi... sampai Iwan... mencapai klimaks," sambung Mami.
"Klimaks gimana Maam..?" tanyaku tidak mengerti.
"Aduuh.. Iwaaan," jawab Mami sambil memencet hidungku, "Nanti Iwan pasti tahu sendiri deh. Nanti Iwan terasa seperti mau kencing, lalu Iwan coba tahan selama mungkin, lalu lepaskan kalau sudah tidak kuat, dan dari punyamu akan keluar air mani yang menyemprot," lanjut Mami.
Aku hanya menjawab singkat, "Iyaaa.. Maaam, Iwan.. mengerti."

Setelah kami diam sesaat, Mami lalu berkata, "Waaan, toloong cabut punyamu duluu Waan, Mami mau mengelap punya Mami supaya agak kering, biar kita sama-sama enak nantinya.
"Bener juga kata Mami," kataku dalam hati, "Tadi memek Mami terasa sangat basah sekali."
Lalu pelan-pelan batang kemaluanku kucabut keluar dari vagina Mami, dan kuambil handuk kecil yang ada di tempat tidur sambil kukatakan, "Maam, biar Iwan saja yang ngelap.. boleeeh Maam..?"
"Terserah kamuuu.. deh Waaan," jawab Mami pendek sambil membuka kedua kakinya lebar-lebar.
Aku merangkak mendekati vagina Mami, dan setelah dekat dengan kemaluan Mami, lalu kukatakan, "Iwan bersihkan sekarang yaaa.. Maaam..?"
Kudengar Mami hanya menjawab pendek, "Yaaa, boleeh Sayaang."

Lalu kupegang dan kubuka bibir kemaluan Mami, dan kutundukkan kepalaku ke vaginanya. Lalu kusedot-sedot klitoris Mami agak kuat dan pantat Mami tergelinjang keras, mungkin karena kaget.
"Iwaan.., kamu nakaaal.. yaaa."
Hisapan dan jilatan kembali kulakukan di semua bagian kemaluan Mami, dan membuat Mami menggerak-gerakkan terus pantatnya. Kedua tangannya kembali menekan kepalaku. Beberapa saat kemudian, terasa kepalaku seperti ditarik Mami.
"Iwaan.., sudaaah.. Sayaang..., Mami nggak tahaaan. Sini.. yaang..!"

Lalu kuikuti tarikan tangan Mami. Tanpa disuruh, aku langsung naik di atas badan Mami dan setelah itu kudengar Mami seperti berbisik di telngaku.
"Iwaan, masukiiin.. punyamu.. Sayang. Mami sudah nggak tahaaan.. Yaang..!"
Tanpa membuang-buang waktu, kuangkat kedua kaki Mami dan kutaruh di atas bahuku sambil ingin mempraktekkan seperti apa yang kulihat di film tadi. Sambil kupegang batang kemaluanku, kuarahkan ke vagina Mami yang bibirnya terbuka lebar. Lalu kutusukkan pelan-pelan, sedangkan Mami dengan menutup matanya seperti pasrah saja dengan apa yang kuperbuat.

Karena vagina Mami masih tetap basah dan apalagi baru kujilat dan kuhisap-hisap, membuat kemaluan Mami semakin basah, sehingga sodokan penisku dapat dengan mudah memasuki lubang kemaluan Mami.
Untuk meyakinkan apakah penisku sudah masuk vagina Mami apa belum, sambil tetap kutusukkan penisku, aku bertanya, "Maaam, sudaah.. maasuuk..?"
Kudengar Mami menjawab, "Iii.. yaaaa... Saayaang, teeruuskan.. yang dalaam..!"
Karena kurasa sudah benar dan Mami memintaku untuk lebih dalam, lalu kehentakkan batang kemaluanku agak kuat masuk ke dalam vagina Mami.

Mulai kuayunkan penisku keluar masuk liang senggama Mami dengan cepat, sehingga badan Mami bergoyang semua sesuai dengan ayunanku, serta kedua buah dada Mami juga bergoyang-goyang keras, sedangkan dari mulut Mami kudengar desisan.
"Sshh.. shh.. Waan.. teruuss.. Yaang.. shh.. aduuh.. enaak Waaan, teruus.. yang dalaaam... Yaang..!"
Karena tidak tahan mendengar ocehan-ocehan Mami, sehingga hal itu membuat nafsuku semakin meningkat.

Sambil mempercepat ayunan penisku keluar masuk vagina Mami, secara tidak sadar keluar dari mulutku, "Maaam, sshhh... Maaam, Iwaaan.. juuga.. sschh.. enaak..."
Karena rasa enak yang tidak dapat kuungkapkan disini, makin kupercepat gerakan batang kemaluanku keluar masuk liang senggama Mami. Apalagi sesekali terasa penisku seperti tersedot-sedot atau terhisap oleh kemaluan Mami.
Lalu secara refleks tercetus dari mulutku, "Maaam.., sepertinya Iwaan.. sudah kepingin.. seperti yang.. Mamiiii.. bilang tadiii.. dicabuut.. yaa.. Maaam..?"
Sedangkan Mami, mungkin setelah mendengar kata-kataku barusan, lalu juga mempercepat semua gerakan badannya, dan juga melepas kedua kakinya dari bahuku serta memelukku kuat-kuat sambil berkata tersendat-sendat.

"Iwaan, jangaan.. Yaang.., jangan..! Biakan.., Mamiii.. jugaa. sudah mau keluaar Yaang..! Ayooo.. kitaaa.. samaa.. samaa Yaang..!"
Aku sudah kehilangan kesadaran karena keenakan dan apalagi mendengar kata-kata Mami yang cukup merangsang ini.
Lalu, "Maam..!" teriakku agak panjang sambil kepala dan rambut Mami kuremas dan kujambak kuat-kuat.
Bersamaan dengan teriakanku, Mami pun tiba-tiba berteriak cukup keras sambil kedua kakinya dilingkarkan kuat-kuat ke pantatku dan rambutku di remas-remasnya.

Aku dengan nafas terengah-engah, tertelungkup lemas di atas badan Mami. Dan Mami pun kulihat lemah lunglai dengan nafas terengah-engah sambil menutup kedua matanya, berusaha menenangkan diri dengan mengatur nafasnya. Setelah nafasku agak teratur, kucium bibir Mami lalu kubisikkan di telinga Mami.
"Maam.., terimaaa kasih Maam, Iwaan.. sayaang Mamii," kataku sambil kembali kucium bibir Mami, sedangkan Mami tetap masih memejamkan matanya dan nafasnya sudah kembali teratur.
Ia menjawab, "Iwaan.., Mami puaas Sayang. Terima kasiih Waan," katanya sambil memiringkan badannya sehingga posisi kami sekarang menjadi tiduran saling berhadapan dan penisku yang terasa masih tegang itu masih tetap berada dalam liang senggama Mami.

Beberapa saat kemudian sambil saling memandang dan berpelukan, kutanyakan pada Mami, "Maam.., punya Iwan boleh Iwan cabut..?"
Mami sambil memencet hidungku menjawab, "Jangan dulu Sayang. Biarin dulu di dalam punya Mami. Mami masih kepingin merasakan punyamu yang besar itu."
"Coba deh Waan. Coba Iwan kocok keluar masuk punya Iwan, biar Mami bisa merasakan enaknya punyamu," katanya lagi sambil salah satu kaki Mami diangkatnya dan diletakkan di atas pinggulku.

Tanpa menunggu kata-kata Mami lainnya, lalu kumulai memaju-mundurkan pelan-pelan batang kejantananku ke dalam vagina Mami. Mami kulihat memejamkan matanya seperti sedang menikmati gesekan-gesekan penisku yang keluar masuk lubang kemaluannya. Tapi setelah beberapa saat, kurasakan dalam posisi miring ini sepertinya masuknya kemaluanku ke dalam vagina Mami terasa kurang dalam. Lalu, secara perlahan kudorong bahu Mami sehingga telentang. Dan bersamaan dengan doronganku, kunaiki tubuh Mami, sehingga batang kemaluanku yang ada di dalam vagina Mami tidak sampai terlepas. Mami sepertinya mengerti kemauanku, dan sepertinya malah membantuku dengan memeluk badanku rapat-rapat serta membuka kakinya lebar-lebar.

Lalu kuayun penisku perlahan-lahan keluar masuk kemaluan Mami. Karena Mami masih diam saja, dan tetap masih menutup kedua matanya, lalu kutanyakan sambil berbisik di dekat telinganya.
"Maaam.., gimana Maam, enaaaak apa nggak punya Iwaan..?
Kulihat Mami membuka matanya, lalu mencium bibirku serta terus berbisik.
"Wan.., teruuskan... Saayaang, Mami menikmatinya Wan,
Setelah Mami selesai menjawab pertanyaanku, kurasakan Mami mulai mengerakkan dan memutar pantatnya perlahan-lahan.

Karena Mami mulai menggerakkan pantat atau pinggulnya lagi, kuputuskan untuk menghentikan gerakan kemaluanku keluar-masuk dengan posisi penisku sudah masuk semua ke dalam liang senggama Mami. Ingin merasakan enaknya gerakan Mami, tapi mungkin karena merasakan, aku sekarang diam, Mami ikut berhenti juga dan membuka matanya lalu memandangku sayu seperti bertanya.
"Kenapa diam.. Wan..?"
Agar Mami tidak bertanya lebih lanjut, lalu kukatakan di telinga Mami, "Maam.., Iwan diam karena kepingin merasakan sedotan dan pijatan seperti tadi Maam."
Mami hanya tersenyum dan dipegangnya kepalaku, lalu diciumnya pipiku sambil berbisik, "Waan.., kamu mulai nakal.. yaa..? Niih.. Mami.. kasih.. apa yang Iwaan minta..!" lanjut Mami sambil memeluk badanku.

Tidak lama kemudian, terasa batang kemaluanku seperti disedot-sedot dan dipijat-pijat, mulai dari lemah, makin kuat dan kuat, sehingga secara tidak sadar aku berbisik agak keras.
"Maam.., enaak.. enaak.. Maam... Aduh enaak.. aahh.. enaak.. Maam,"
Karena sedotan dan pijatan di batang kemaluanku terasa semakin kuat, secara tidak sadar kumulai lagi mengocok penisku keluar masuk vagina Mami. Mula-mula pelan, lalu kupercepat.
Karena enaknya, aku langsung bilang, "Maam.., enaak Maam.. Iwaan... mau lagi Maam. Ayoo Maam..!"
Mungkin karena melihatku mulai bernafsu lagi, Mami langsung mulai menggerakkan pinggulnya lagi yang makin lama makin cepat.

Selang beberapa lama, aku merasakan kalau air maniku sudah mau keluar, tapi kucoba menahannya selama mungkin.
Tiba-tiba, "Mami.., Maaam.., Iwaan sudaah mau keluar.."
Mendengar bisikanku ini, kurasakan gerakan pinggul Mami semakin cepat dan pelukan tangannya di badanku juga semakin keras.
"Waan.., Mami juga sudah dekat Waan... Ayoo Waan.. sama-sama..!"
Belum sampai Mami menyelesaikan kata-katanya, aku berteriak agak keras, "Mamii.. Iwaan keluar.. ahh..," sambil kubenamkan seluruh batang kemaluanku kuat-kuat ke dalam vagina Mami.
Bersamaan dengan teriakanku itu, kudengar Mami pun berteriak cukup kuat, "Iwaan.., Maamii keluaar.. jugaa.. Ayo Wan, cepaat.. archh..!"
Dengan nafas tersengal-sengal, kutelungkupkan badanku yang lemas itu di atas badan Mami, dan Mami juga dengan nafasnya yang terengah-engah, tergeletak seperti tidak bertenaga dengan kedua tangannya terkapar di samping badannya.

Setelah nafasku sedikit teratur, kucabut batang kemaluanku dari dalam liang senggama Mami. Kujatuhkan badanku tiduran di samping Mami, dan terdengar Mami berbisik, "Terima.. kasiih.. yaaa.. Sayang..!"
Dan setelah berhenti sejenak, sambil mencium pipiku, Mami berkata lagi, "Waan.., ini hanya kita berdua ya yang tahu, Papamu atau adikmu jangan sampai tahu ya Wan."
Supaya hati Mami tenang, lalu kujawab, "Maam, Iwan akan jaga itu.., terima kasiih ya Maam," sambil kucium pipi Mami.
Aku terus bangun dan mandi bersama Mami di kamar mandi Mami.


TAMAT